Tuesday, June 2, 2009

Tentang Sebuah Dawai






Aku akan terus mencarimu..

Mungkin air mataku takkan pernah cukup dan utuh..
Bagimu, semilir angin kecil yang mengingatkanku tentang sebuah senja di sudut petang yang daunnya berguguran.
Tentang luasnya langit kebahagiaan yang hilang memudar..

Lepas..

Mengering dan jatuh di pelukan malam yang detaknya berhenti.
Doa berlepas meninggalkannya dengan bimbang.

Usah kau risau, gumamnya...
Langit takkan letih menunggumu..
Kembalilah padanya...

Jendelaku begitu berkabut pagi ini, sebagaimana dulu saat kau membersihkan dedaunan di sela pedihnya malam, diantara risauku yang tak kunjung padam dalam remangnya lilin di rumahmu.. Aku hanya ingin memejamkan mata untuk selalu menyayangimu..

Mungkin kau tak ingat betapa bahagianya aku saat melihat kau tersenyum.Waktu adalah cerita yang harus pergi. Meski kita telah menitipkan begitu banyak keajaiban kecil yang menyulut tawa. Dalam harap, dalam diam.. kita tak pernah tahu mengapa kita terluka.

Hingga suatu hari kita jatuh dan amat sangat merasa...

Terkadang aku merasa begitu kecil di depanmu. Sedangkan diri tak memiliki apa-apa untuk berbagi denganmu. Hanya jemari yang tulus menggores namamu pada tiap sudut kertas hariku yang kelabu. Kini tak kukenali lagi rintiknya yang hening. Ia tak berbicara apa-apa. Juga tentang masa lalu kita.

Semilir yang beku ini tak pernah membisikkan takdir yang harus kulepas..
Tidak, aku takkan lelah menunggu..

Aku merindukanmu seperti aku merindukan surga dalam purnama yang terlupa. Hilang dalam ingatanku yang selalu terhapus oleh tangismu, dawai-dawai nafasku.

Post a Comment

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search